![]() |
Syekh Fauzi Konate sedang memaparkan materinya pada acara Grand Opening Dauroh Intensif Ilmu Alat di Aula Daha KMJ Hay Asyir. (Sumber: Dok. Informatika/Revi) |
Jika kita ibaratkan bahwa
kajian-kajian keislaman adalah musuh yang harus dikalahkan dan dikuasai, maka Nahwu, Shorf, Mantiq dan Balaghoh adalah senjata terampuh
yang bisa kita gunakan untuk dapat melakukannya. Ilmu-ilmu
tersebut
memang menjadi pangkal utama untuk memahami segala macam kitab baik yang berbau
turots maupun ‘ashriyyah.
Beberapa ilmu semacam Nahwu, Shorf, Mantiq dan Balaghoh ini biasa disebut
ilmu alat karena menjadi alat bagi seseorang yang ingin membaca dan memahami segala macam
kitab dengan baik dan benar.
Hematnya, ilmu-Ilmu ini berperan sebagai kunci dari
itu semua.
Peran penting yang dimiliki ilmu-ilmu alat ini menjadikannya sebagai
kewajiban untuk dimiliki dan dikuasiai oleh para pelajar, santriwan dan
santriwati dimanapun mereka berada.
Tak terkecuali “Masisir”
yang dalam kesehariannya selalu berkecimbung dengan segala hal yang berbau Bahasa
Arab.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Mentri Koordinasi (Menko)
1 dibawah naungan Persatuan Pelajar Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir kabinet Improvement
2019/2020 mengadakan “Dauroh Intensif Ilmu Alat level Mubtadi” yang dilaksanakan di
aula Daha KMJ Mesir.
Grand
Opening kegiatan ini
dilaksanakan pada (27/8) yang mana diisi langsung oleh fadhilatus syaikh sayyidi Fauzi al-Konate. Acara yang dimulai pada
jam 15.30 sampai dengan 21.30 itu juga meliputi pembacaan muqoddimah
kitab Tuhfatus
Saniyyah. Kitab ini menjadi rujukan pertama dalam pelaksanaan dauroh kali ini.
“Dauroh intensif ilmu-ilmu alat ini akan berlangsung
selama delapan bulan, masing masing fann ilmu akan
mendapatkan porsi dua bulan untuk menyelesaikannya. 250 peserta yang terdiri
dari banin dan banat ini akan di pecah menjadi 15 kelompok dan masing masing
dari kelompok tersebut memilki satu pengampu atau pembimbing yang akan mengajar
mereka,” ujar Zainuddin Ruslan selaku Menko 1 PPMI Mesir sekaligus penyelenggara
dauroh ini.
Adapun keempat ilmu alat yang akan dikaji adalah:
1. Nahwu
dengan Kitab Tuhfatus Saniyyah
2. Shorf dengan Kitab Matan Bina
3. Mantiq dengan Kitab Syarh Sullam
4. Balaghoh dengan Kitab Durusul Balaghoh
“Untuk waktu daurohnya, akan disesuaikan dengan
waktu yang cocok untuk mereka,” sambung Zainuddin yang kini telah menginjak tingkat 4
jurusan Hadis
itu.
Untuk menanggulangi adanya
ketidakhadiran dari para peserta dauroh, absen pun dilakukan untuk para
peserta. Juga
sudah menjadi target bahwa kitab-kitab yang diampu harus selesai paling lambat dua bulan dalam 16 kali
pertemuan.
“Melalui dauroh ini juga, kami berharap ada
pembimbingan yang baik dari kakak kelas kepada adik- adik kelasnya, bukan hanya
mengajarkan namun juga memberikan motivasi-motivasi. Kami juga berharap dauroh
ini bisa menjembatani para pesertanya dalam mengikuti talaqqi-talaqqi
dan kuliah, sehingga dapat meminimalisir kawan-kawan yang kurang memiliki pemahaman yang baik ketika
mengikuti talaqqi dan kuliah, “ jelas Zainuddin kepada salah satu kru
Informatika.
Latar Belakang Dauroh
Masisir sendiri tidak lepas dari kesehariannya memahami teks-teks berbahasa Arab, terutama kitab- kitab turats yang
merupakan warisan umat Islam dari para pendahulunya. Namun, sangat disayangkan, banyak pelajar yang menempuh studi
di Mesir ini, yang mayoritasnya adalah mahasiswa/I universitas al-Azhar asy-Syarif ini, mengalami
kesulitan dalam memahami dan mengaplikasikan Bahasa Arabnya, baik itu memahami
buku diklat perkuliahan, maupun pemaparan materi yang disampaikan oleh dosen dan
masyayikh. Mereka bahkan mengalami
kesusahan dalam berbicara apalagi dalam menulis Bahasa Arab dengan baik.
Oleh karna itu, PPMI Mesir sebagai organisasi induk para Masisir, dengan peran strategisnya dituntut untuk
mengakomodir permasalahan serius
ini dan menggandeng pihak-pihak yang bisa diajak bekerjasama dalam
meningkatkan Bahasa Arab para pelajar di Mesir ini.
“Bagi saya, sangat
penting dauroh ini diadakan. Terlebih bagi mubtadi yang akan
memulai atau sedang menuntut ilmu agama yang pada dasarnya semua ilmu agama itu
membutuhkan ilmu alat (untuk memahaminya). Jadi, yang diagendakan di dauroh
ini adalah ilmu-ilmu alat saja,” ujar Muhammad Gia Nabila yang kini telah
menginjak tingkat dua di fakultas Ushuluddin al-Azhar.
“Syaikh Fauzi Konate juga banyak memotivasi dan mengatakan
betapa pentingnya ilmu Nahwu, Shorf, Balaghoh dan Mantiq. Saya juga
berharap bisa lebih semangat dalam menuntut ilmu (dengan adanya dauroh ini) di Mesir
ini. Karena dengan adanya komunitas belajar untuk para penuntut ilmu, itu
sangatlah penting. Dengan adanya komunitas belajar seperti ini, potensi kita bisa berkembang dan bahkan bisa
menambahkan thumuh para pelajar,” sambung peserta dauroh intensif ilmu-ilmu alat ini.
Kitab yang dipilih
untuk dauroh intensif ilmu-ilmu alat ini pun terbilang penting dan tepat
untuk para peserta. Seperti yang dikatakan Camelia Tania Devi, salah satu peserta perempuan yang mengikuti dauroh
intensif ilmu-ilmu alat ini.
“Menurut saya, dauroh
ini terbilang penting ya, karena sebagai bekal bagi Masisir untuk memahami
kitab-kitab yang menjadi rujukan di fakultasnya masing-masing ketika duduk di bangku
kuliah. Kitab Tuhfatus Saniyyah juga cukup mudah di pahami penjelasannya
untuk para pemula seperti saya pribadi,” ungkapnya.
Reporter: Revi Sutrisna
Editor: Muh. Nur Taufiq al-Hakim
No comments:
Post a Comment