
Friday, March 2, 2018
Kairo, Informatikamesir.com -- Lembaga Riset PCINU Mesir bekerja
sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menggelar seminar
deradikalisme yang bertemakan ‘Mengapa Harus Radikal? Masalah dan Solusinya’ di
Aula Syekh Ibrahim Humrusy, Fakultas Bahasa Arab, Universitas Al-Azhar, Kairo,
Kamis (01/03). Kegiatan ini dibuka langsung oleh Rois Syuriyah PCINU KH.
Mukhlason Jalaludin, Lc., MM dan dengan
pembicara oleh Irjen (Pol) Hamidin (Deputi Kerjasama Internasional), Brigjen (Pol)
Hamli (Direktur Pencegahan), Brigjen (Mar) Yuniar Ludfi (Direktur Perangkat
Hukum Internasioonal), Ahmad Faris, Lc., S.S.I (Mahasiswa S2 Univ. Al-Azhar) dan
Alfan Khumaidi, Lc (Mahasiswa S2 Institut Studi Islam Kairo).
Dalam seminar umum ini dipaparkan bagaimana genealogi radikalisme
tumbuh dalam ideologi-ideologi di lingkungan masyarakat. Mulai dari pemaparan
Alfan Khumaidi yang mengatakan bahwa radikalisme ini berawal dari kesalahan
dalam memahami teks agama. Alfan mengatakan, di dalam Islam benih-benih
radikalisme ini telah terjadi pada masa Nabi SAW yaitu bagaimana khawarij
mencela Nabi Muhammad SAW dalam pembagian harta rampasan perang dan atas sikap
tersebut baginda Nabi marah besar kepada mereka. Dalam perjalanannya kaum khawarij menganggap mayoritas kaum
muslim telah keluar dari jalan kebenaran sebagaimana yang terjadi pada masa
khalifah Ali. Dengan dasar anggapan ini pula mereka tidak segan-segan membunuh
kaum muslim yang bukan golongan mereka. Siapa pun yang bukan golongan mereka,
mereka anggap telah kafir.
Menurut Ahmad Faris, Direktur Riset PCINU Mesir, benih radikalisme ini bukan hanya dari pemahaman
yang keliru terhadap teks, lebih dari itu menurutnya bahwa salah dalam memilih
guru pun bisa berpengaruh besar menumbuhkan ideologi radikalisme ini. Pendapat Direktur
Riset PCINU Mesir ini dikuatkan dengan penelitiannya pada kurun waktu 2015-2016
dengan mengadakan penelitian kuantitatif dengan responden Masisir (Mahasiswa
Indonesia di Mesir) sendiri. Ahmad Faris memaparkan bahwa terdapat 12 persen
dari hasil penelitiannya mengatakan bahwa Masisir tertarik pada paham
radikalisme.
Selanjutnya Brigjen (Pol) Hamli, Direktur Pencegahan BNPT
menanggapi dua pembicara tersebut dan mengatakan bahwa apa yang dikatakan oleh
Alfan Khumaidi dan Ahmad Faris itu seperti ciri-ciri fenomena radikalisme yang
selama ini terjadi di Indonesia. Ia mengatakan hal tersebut berdasarkan survei
yang dilakukan dengan responden para pelaku terorisme di Indonesia dan sebanyak
45 %, terorisme mereka ini disebabkan oleh salah dalam memahami teks agama. Melihat
fenomena ini, Brigjen Hamli dalam kesempatan ini berpesan agar 12 % yang telah
dihasilkan dari riset tersebut diminimalisasi. Ia berharap kepada NU dan
Muhammadiyah dan juga ormas-ormas lainnnya untuk berjibaku bersama BNPT dalam
menuntaskan ancaman kemanusiaan ini.
Dalam acara ini hadir juga Duta Besar RI, Helmy Fauzy didampingi
oleh Atase Pertahan KBRI Kairo. Dalam kesempatan ini Dubes berpesan agar para
mahasiswa hati-hati dalam memilih ajaran di Mesir. Ia berharap agar para
mahasiswa mempelajari ajaran yang mengedepankan kemanusian daripada pertumpahan
darah. Ia juga berpesan agar mahasiswa meniru guru-guru bangsa, para pendiri
negara dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Reporter: Abdul Fatah Amrullah
0 Response to "Adakan Seminar Deradikalisme bersama BNPT, PCINU Mesir: 12 % Masisir Tertarik Paham Radikalisme"
Post a Comment