
Friday, November 3, 2017
![]() |
Kanan Azhar Falahan moderator seminar, M. Nasrullah pemateri pertama, Agung Saputro pemateri kedua dan Saiful Millah pemateri ketiga. (Foto Susi Arrahman) |
Kairo, Informatika Mesir -- Dewan
Pengurus Perpustakaan Mahasiswa Indonesia Kairo (PMIK) pada hari Jumat (03/11)
mengadakan Seminar bertajuk “Pemetaan Turats dan Peran Maktabah dalam Peradaban
Islam”. Salah satu materi inti dari
seminar ini yakni membahas turats dan peranannya. Muhammad Nasrullah sebagai
pemateri menyampaikan, para ulama sejak abad ke-2 hijriah sudah mulai menulis
buku untuk menjelaskan isi kandungan Alquran dan Sunah, hal ini karena pada
abad tersebut sudah banyak penganut Islam selain bangsa Arab dan meski orang
Arab tapi tidak paham dengan maksud isi kandungan keduanya.
”Ketika agama Islam ini tersebar ke luar negeri Arab, mulailah para ulama menulis
kitab penjelasan tentang isi kandungan Alqur’an dan Sunah dan turats adalah jalan untuk memahami
keduanya,” jelas Ustaz Nasrullah, Mahasiswa Fakultas Bahasa Arab ini.
Ketika membuka sesi pertama seminar yang dimoderatori oleh Azhar Falahan, Mahasiswa Ushuluddin Univ. Al-Azhar Kairo, Cak Nasrul sapaan akrabnya menyatakan,
untuk memahami turats ini dibutuhkan kajian lebih serius. Dalam orasi ilmiahnya
ia menjelaskan melalui pendekatan zaman, menurutnya, sebelum memahami
turats, perlu memahami sejarah turats terlebih dahulu.
”Para ulama pada awalnya melihat kebutuhan umat Islam kepada penjelasan tentang
hukum-hukum yang ada dalam Alquran dan Sunah, disaat kodifikasi disiplin ilmu
dalam Islam sudah sempurna pada abad 4 atau 5 H, kemudian para ulama di abad-abad setelahnya juga melihat
kebutuhan umat Islam untuk memahami disiplin-disiplin ilmu tersebut supaya bisa
dipahami lebih mudah melihat semakin jauhnya jarak kepada masa Alquran dan
Sunah itu turun dan juga semakin tersebar luasnya Islam ke berbagai penjuru maka
untuk mempermudah memahami syari'at Islam dibuatlah matan (abad 6,7), kemudian syarah (abad 9,10), hasyiyah
(catatan pinggir pada abad 11,12) sampai taqrirah (catatan kaki pada
abad 11,12),” jelasnya.
Setelah menerangkan sejarah turats, Nasrullah mengatakan,
seorang Azhari seharusnya tidak sembarangan dalam memahami Alquran dan Sunnah,
Azhari harus mengikuti ulama sebagaimana dilihat dari sejarah turats
berkembang yakni dengan mengkaji dan
memahami turats.
”Selaku pencari ilmu kita harus berjuang dengan cara mengikuti jalan yang
ulama tempuh dalam belajar ini,” tuturnya.
Ketika membahas cara memahami turats, Ustaz Nasrullah mengutip
perkatan Syeikh Ali Jum’ah, dalam belajar ini kita membutuhkan 5 komponen ilmu
yakni guru, murid, kitab, bi’ah (lingkungan) dan manhaj (metode). Selain itu
diperlukan memahami ilmu alat terlebih dahulu seperti grammar bahasa Arab, Ilmu
Mantik, dan Ushul Fiqh.
Di akhir pembahasan, Ustaz asal Jombang, Jawa Timur ini mengatakan, membaca
turats itu tidak semudah membaca novel, untuk memahaminya harus
diulang-ulang, memahami kitab tidak cukup terhenti dengan sekali membaca saja,
perlu muraja’ah atau pengulangan, praktik dan juga berdo’a agar ilmu
yang didapatkan bisa bermanfa’at.
Acara ini diisi oleh tiga pemateri, Ustaz M. Nasrullah sebagai pemateri Turats
dan Perannya, Ustaz Agung Saputro pemateri Pemetaan Turats dan Ustaz Saiful
Millah pemateri Peran Maktabah dalam Peradaban Islam. Hadir dalam acara ini
perwakilan Atdikbud KBRI Kairo, Bapak Wahyudi, Wakil Presiden PPMI, Fakhry Emil
Habib, Lc., dan juga Wakil Ketua Wihdah-PPMI Mesir 2016-2017, Ainur Rumaisa, Lc.
Rep. Abdul Fatah Amrullah
Red. Albi Tisnadi
0 Response to "Seminar PMIK 1, Muhammad Nasrullah : Turats Adalah Jalan untuk Memahami Alquran dan Sunah"
Post a Comment