![]() |
Red: Suasana seminar Sejarah dan Peradaban Islam |
Kairo, Informatikamesir.com -- “Belajar karena benci itu ada juga efeknya, tidak hanya belajar
karena cinta. Tidak heran ketika mengalami Rasib bukan menjadi hal yang tabu
lagi, karena rasibnya ramai-ramai.” Ujar Indra Gunawan, ketika bernostalgia
menjadi bagian dari Masisir, sudut-sudut ruangan pun menjadi menggelegar dengan
suara tawa.
HMM-SU
bekerja sama dengan ICMI Orsat Kairo mengadakan seminar “Sejarah dan Peradaban
Islam ‘Kaji Sejarah Jaya Masa Depan!’” pada Sabtu 18/11 2017 di Auditorium
Wisma Nusantara, Rab’ah el-Adaweyah, Kairo berlangsung selama tiga hari 18, 20
dan 22 November. Meskipun demikian, di kala membludaknya acara-acara Masisir, dan
semakin semakin dekatnya ujian termin pertama, para peserta terlihat tidak
khawatir. Pasalnya, mereka merasakan sentuhan menyelami lautan sejarah, yang
dibumbuhi oleh rasa penasaran, sekalipun mahasiswa lainya yang mau mendaftar
kehabisan stok, dikarenakan banyaknya peserta seminar.
Sebelum
acara dimulai pantun-pantun diperdengarkan kepada para peserta oleh pembawa
acara dengan logat khasnya. Selanjutnya beberapa sambutan bergantian mengawali
acara, “Sejarah itu menyadarkan kita, apalagi sejarah Islam.” Tutur Fahmi
Bahrul Ulum, selaku ketua HMM-SU memberikan sambutan pertama, serontak suara
tepuk tangan menjadi ramai, para peserta semakin antusias mendalami sejarah dan peradaban Islam siang
itu. Sambutan dilanjutkan oleh Ahmad
Budiman. Lc. Sebagai ketua ICMI Orsat Kairo, yang berkesempatan dalam
menyampaikan sambutan kedua. Ia membacakan sebuah Hadis, “Man salaka tharîqan
yaltamisu fîhi ‘ilman sahhala Allahu lahu bihi tharîqan ila al-Jannah.” Dan
meminjam perkataan ulama salaf, “Kami mengajarkan As-Sîrah An-Nabawiyyah sebagaimana
kami mengajarkan Alquran. Dari sana meyadarkan kita bahwa sejarah sangatlah
penting, maka itulah diadakannya seminar ini, terangnya. Kemudian, Idris
Wahyudi sebagai ketua Festival Danau Toba HMM-SU, berkata, “acara ini
dilaksanakan sebagai rentetan kegiatan pra-ultah HMM-SU yang ke-21, sebagai
ajang forum silaturahim.”
Indra
Gunawan mengawali pembicaran dengan menuturkan sejarah ruangan auditorium Wisma
Nusantara. Menurutnya, auditorium ini merupakan ruangan sepuh, yang telah lama
dibangun dan digunakan untuk berbagai acara. ia menerangkan sejarah gedung
Wisma Nusantara sebagai pusat kegiatan Masisir dari zaman ke zaman. Kemudian
beliau menceritakan, saat dirinya mau mengambil jurusan, tutur salah satu
temannya Mushtafa Zakir “Jangan masuk jurusan ini.” Orang-orang yang biasanya
mengambil Fakultas Ushuludin, Syariah dan bahasa Arab, tetapi saya termasuk salah
seorang yang salah mengambil jurusan, yaitu mengambil Târikh wa al-Hadhârah.
Mengomentari
peminat seminar yang besar, beliau menyatakan bahwa hal ini sangat kontras
karena tidak selaras dengan peminat Fakultas Bahasa Arab, Prodi Sejarah dan
Peradaban yang tidak seberapa, “Peminat sejarah itu seperti fatamorgana, tidak
banyak peminatnya, tetapi peminat yang mengikuti seminar ini sangat banyak.”
Suasana pun kembali dipenuhi tawa canda. Indra Gunawan, menerangkan kajian sejarah
perlu dipelajari dikarenakan; Sepertiga Al Quran berisii sejarah dan ini memahaminya
merupakan cara paling ampuh untuk memegang kendali peradaban. Kemudian, ibarat
membuat kue brownies kita mencari bahan terbaik dan membuatnya dengan
kualitas yang tinggi, begitu juga dengan sejarah.
Selanjutnya,
beliau memetakan peta dunia, yang berada
di layar proyektor dan menyebutkan nama-nama negara serta perkembangan
peradabannya, semisal Tanah Syam (Suriah, Palestina, Libanon dll), Shin (Cina,
Hongkong, Makau, Jepang Korea dan Taiwan), dan Maghrib (Maroko, Aljazair,
Tunisia, Libya, Mauritania dan Sahara Barat). Juga dari laut dan sungai, sungai
Nil, Eufrat dan Gangga. 70% seluruh benua dan samudera adalah air, karena air
merupakan sumber kehidupan. Pada sesi ini, beliau memberikan pertanyaan menarik,
kenapa di Indonesia Irian Jaya dipanggil dengan panggilan itu sebelum diganti
Papua? Para peserta kebingungan, tidak satu dua bertanya kepada temannya,
tetapi hasilnya nihil. Lalu beliau menjawab hal itu, bahwasanya ketika Islam
masuk ke Nusantara yang hendak menyebarkan ajarannya, terhalang oleh
orang-orang di sana dan gujarat Arab melihat orang-orang itu tidak berpakaian
dengan membawa tompak, sebab di dalam bahasa Arab orang yang telanjang itu ‘âriyan’
itulah dinamai dengan Irian jaya, ya meskipun terlepas benar atau tidaknya.
Tidak
berkutat pada penyebutan nama negara dan peradabannya saja, kini beliau
menyinggung kebenaran mukjizat Alquran yang diturunkan di negeri Arab. Sebab
bangsa-bangsa lain telah banyak mengalami perbenturan dan campur tangan dari
bangsa lain, sedangkan negeri Arab masih murni dan di sanalah lahirnya Nabi terakhir
Muhammad Saw. Sekiranya Allah mengutus Nabi Muhammad di Eropa apa yang tidak
mungkin bagi Allah, ini mudah saja. Namun, Allah lebih berkehendak atas semua
dan itulah Dia memilih di negeri Arab.
Waktu
berlalu sangat cepat seperti cepatnya manusia melupakan sejarahnya, kini acara
dilanjutkan dengan hati yang tenang dan pikiran bugar kembali, setelah
banyaknya ilmu yang didapat dari presentasi Indra Gunawan. Lc. Acara
dilanjutkan dengan pengenalan ICMI Orsat Kairo, yang disampaikan oleh Ahmad
Budiman. Lc. Selaku ketua. Disusul beberapa lembaga yang bernaung dengan ICMI,
yaitu lembaga informasi oleh Fatah Amrullah sebagai pimpinan umum Informatika.
Kemudian lembaga seni kaligrafi AFANIN, yang diwakili oleh Athar Afif, lembaga
kaji Mawaris dan Nahwu Sharf, MAWAR (Mathali’u al-Anwar) dan PAKEIS (Paket
Kajian Ekonomi Islam).
Adapun poin-poin
yang disebutkan beliau pada presentasi selanjutnya, antara lain; Khulafaur
Rasyidin, Fitnah dalam Pembunuhan Utsman dan Kekhalifaan Ali bin Abi
Thalib. Di akhir acara, beliau
menjawab pertanyaan-pertanyaan peserta
lagi sebagai penutup seminar hari pertama. Yaitu pertama, Islam tidak hanya
disebarkan melalui pedang saja, sekiranya benar ada, maka otomatis tidak ada
yang tersisa dari umat Islam. Dibuktikan melalui koin dan mata uang serta bahasa
Arab sebagai bahasa resmi. Kedua, Abdullah bin Saba’ bukanlah tokoh fiksi dalam
Islam sebagaimana simpangsiur sebagian orang yang menganggap bahwa ia hanyalah
tokoh fiksi dan Abdullah bin Saba’ kebenaran yang nyata, sebagaimana banyak
riwayat yang menjelaskannya.
Reporter :
Umar Sahri
Redaktur :
Albi Tisnadi Ramadhan
No comments:
Post a Comment