![]() |
Doc. Irfan Junaidi |
Informatika Mesir 19/07, Kairo. Pada
Mingggu, 16 Juli 2017, Informatika menyambangi kantor Harian Umum Republika,
Jakarta Selatan. Pada kesempatan itu, Kru Informatika diberi waktu khusus untuk
mewawancarai pemimpin redaksi Republika, Irfan Junaidi. Alumnus Fikom UNPAD 1992
ini sangat welcome ketika dimintai wawancara. Ia sangat mengapresiasi
mahasiswa yang berani terjun dalam dunia media. “Media punya manfaat yang luas,
punya fungsi yang efektif untuk menebarkan ide-ide kebaikan, sehingga teman-teman yang menjadi aset bangsa, dapat memanfaatkan fungsi media ini dengan berbagai
caranya”, ujarnya.
Ia menilai, mahasiswa Timur Tengah
memiliki kemapuan yang tidak dimiliki oleh mahasiswa lain. “Mereka punya
perjuangan tidak mudah untuk menembus bangku-bangku kuliah disana, mereka punya
keahlian lebih dibanding yang lain”, ujarnya. “Hal ini seharusnya bisa disadari
bahwa para mahasiswa punya tanggung jawab yang besar untuk membuat bangsa ini bisa
lebih maju, lebih dihargai, dan lebih
berwibawa”, terang wartawan yang juga alumnus Cranfield University, UK .
Pada kesempatan ini, penulis buku
‘Tibo, Papua, danTerorisme’ juga menyinggung ihwal urgensi
bermedia. Ia menyatakan, media adalah alat verifikasi. Keberadaan media menurutnya
amat jelas dimata undang-undang. Artinya media tidak asal-asalan dalam
membawakan berita. Karena media memiliki etika dan rambu-rambu yang harus
dipatuhi.
Ia sangat bangga dengan keberadaan
masyarakat Indonesia yang masih bijak dalam menerima berita. Ia bercerita,
banyak masyarakat yang peduli pada keabsahan informasi.
“Saya masih melihat penomena
begitu orang menerima informasi dari sosial media mereka mengatakan, ‘tar
dulu deh cek dulu di koran udah ada belum di radio, tv ada belum’, mereka
merasa yakin kalau berita sudah diberitakan oleh media masa. Pertanyaannya
kenapa? Karena memang proses menyebarkan informasi yang terjadi di sosial media
dengan yang di media masa beda. Tidak ada verifikasi yang diterapklan oleh
masing-masing individu sementara di media masa itu ada”.
Pemred media yang konsen dengan
konten-konten keislaman ini mengatakan, “Bisa dibayangkan kalau saja umat hari ini tidak ada Republika” terangnya.
Pasalnya ada Republika saja masih ada image umat Islam adalah teroris,
umat Isalam bodoh, umat Islam miskin. Hal
ini bisa dibayangkan kalau tidak ada republika sama sekali, tuturnya. Ia mengatakan, hikmah dari semua ini adalah semua
punya tanggung jawab untuk menjaga Republika dan media-media lain yang konsen
menjaga kepentingan umat. Mengingat siapa lagi yang akan menyampaikan
informasi-informasi progresif umat Islam kalau bukan muslim itu sendiri?
Wartawan yang menaruh konsentrasi
dalam investigasi ini juga mengajak kepada segenap mahasiswa Timur Tengah untuk
berkontribusi menyebarkan informasi-informasi positif tentang Islam, sehinga
ada lahan untuk meng-cover isu-isu miring. Dampak positifnya orang tidak memandang Islam
dari satu sisi (negatif), ada sisi lain yang bisa dijadikan pengimbang. []
Abdul Fatah Amrullah
No comments:
Post a Comment