![]() |
Doc. Dr. Usman Syihab, MA |
KAIRO (12/06) Masisir tengah diributkan
dengan kabar yang menyatakan bahwa jumlah Camaba yang diterima di Mesir
mencapai 1468 mahasiswa, belum lagi ditambah dengan peserta beasiswa yang akan
tinggal di Buust sekitar 100 orang, peraturan bahwa mahasiswa Sudan, Maroko dan
Libanon yang juga diperbolehkan mengikuti program non beasiswa Mesir sejumlah
289 mahasiswa, sehingga total perhitungan sementara jumlah Camaba yang akan
datang mencapai 1800 orang. Jumlah yang fantastis jika dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya yang hanya berkisar 600 sampai 800 Camaba.
“Dari pihak atase sendiri pun belum tahu
bahwa jumlah Camaba yang akan datang sebanyak ini. Dalam bayangan saya, hanya 1000
Camaba yang akan lulus tes dan datang ke Mesir. 100 orang Camaba beasiswa yang
terdiri dari 50 orang bukan alumni pondok Gontor dan 50 orang alumni pondok
Gontor, sisanya 900 adalah Camaba Non Beasiswa, dan biasanya 30 persennya adalah perempuan, jadi sekitar 300
orang Camaba putri, 600 orang Camaba putra. Nah,600 orang inilah yang akan kita
arahkan untuk tinggal di asrama,” jelas Pak Usman Syihab ketika dikunjungi tim
Informatika, Minggu (11/06) Pagi di kantor Atase Pendidikan, KBRI Kairo.
Ia juga menegaskan, bahwa baik Al-Azhar, KBRI
maupun kemenag RI, tidak pernah membatasi kuota kedatangan Camaba setiap
tahunnya. Jumlah mereka yang datang, murni ditentukan hasil seleksi Timur
Tengah yang diadakan Kemenag RI.
“ Jumlah Camaba bukan ditentukan Atase Pendidikan, Kemenag atau pihak al-Azhar al-Syarif sendiri namun murni hasil perjuangan peserta seleksi, sebagaimana yang diterangkan dalam Lampiran Pengumuman Hasil Seleksi Beasiswa dan Non Beasiswa tahun 2017. Tepatnya pada poin nomor dua, di sub bab Mesir, yang menyatakan bahwa jumlah 1468 orang adalah jumlah peserta lulus seleksi Non Beasiswa/Mandiri Universitas al-Azhar Mesir dengan jumlah nilai minimal 65. Ini berarti, persiapan peserta ujian tahun ini lebih matang, sehingga lebih banyak yang diterima dibanding tahun-tahun sebelumnya” ujarnya menjelaskan.
“Malah mahasiswa senior kita di sini,
meminta agar standar nilai kelulusan diturunkan menjadi 50, sehingga yang
datang ke mesir bisa sebanyak-banyaknya, karena seharusnya mahasiswa senang
melihat banyak temannya yang juga bisa menuntut ilmu di Al-Azhar. Untuk ” sahut
Pak Cecep, staff Atase Pendidikan.
Pak Usman juga menambahkan, bahwa
penentuan jumlah Camaba adalah hasil kebijakan panitia yang ada di Indonesia,
namun tidak terlepas dari nilai hasil seleksi yang harus diatas 65, karena
menurutnya nilai 65 inilah bukti kemampuan bahasa Arab yang dimiliki Camaba.
“Kebanyakan yang belum lulus seleksi, jika memaksakan kesini justru akan lama
berada di Markaz Lughoh. Karena
faktanya, jika tidak lulus, karena kebanyakan masih duduk di kelas mubtadi. Dan rata-rata yang berhasil
lulus, kebanyakan sudah sampai level mutawasith,
yakni kemampuan bahasanya berarti hanya perlu diasah. Jadi, menurut hitungan
saya satu tahun saja cukup di Markaz
Lughoh. Jadi normalnya mahasiswa untuk menyelesaikan S1nya hanya perlu 4-5
tahun saja di Mesir,”
Jika 1468 orang yang diterima, berarti
1468 orang Indonesia yang dianggap mampu untuk meneruskan studinya di Mesir.
Namun jumlah yang menimbulkan kesan ledakan ini tetap saja menuai banyak siulan
masisir, mulai dari yang menampilkan sikap setujunya hingga yang tidak setuju.
Sikap keberatan pun ditampakkan oleh beberapa Masisir yang mulai khawatir
tentang makin sesaknya penghidupan di Kairo pada umumnya. Menurut Nuansa
Garini, Ketua WIHDAH 2017/2018 yang dipandang akan menuai banyak kerepotan
adalah perihal tempat tinggal, karena mayoritas Masisir berpusat hanya pada
kawasan Darrasah dan Hay Asyir. Selain itu, kendala jumlah yang terlalu banyak
juga dikeluhkan beberapa ketua Kekeluargaan dan aktivis organisasi, karena ini
akan berdampak pada sulitnya mencari ruang yang mampu menampung seluruh jumlah
Masisir secara kondusif dan efektif. Ketua KPMJB, Yuda Meilana juga menyebutkan
bahwa jumlah Camaba kali ini cukup membuatnya terkejut, karena berlipat 3 kali
dari jumlah di tahun sebelumnya saat ini menjadi KPP-MABA. Ia memandang bahwa
dalam jumlah yang banyak akan ada beberapa kesulitan dalam kepengurusan anggota
dalam suatu agenda, validitas data, dan penyamaan persepsi dalam organisasi
dikarenakan sasaran yang begitu luas memberikan peluang bagi beberapa warga
yang mungkin tidak terangkul. Pendapat ini jelas diamini oleh kekeluargaan
dengan penduduk padat seperti KSW, KPMJB, GAMAJATIM, dan lain sebagainya, yang
memiliki keluhan dan kendala yang tidak jauh berbeda.
“Menurut saya, mahasiswa justru
dituntut untuk dapat memandang lebih positif perihal jumlah Camaba tahun ini, karena ini berarti
pihak al-Azhar sudah mempriotaskan bahkan memberikan perhatian yang intens
kepada para pelajar Indonesia. Ini menimbulkan kesan bahwa al-Azhar makin
melebarkan jalannya untuk pelajar Indonesia yang ingin menuntut ilmu di Mesir,
seharusnya kita lebih bersyukur dengan keputusan ini. Harapannya, dengan jumlah
pelajar yang semakin banyak, akan semakin banyak pula duta-duta al-Azhar di
Indonesia nantinya, ini berarti amanat, yang alangkah baiknya kita wujudkan
bersama” tutur Nuansa, saat ditemui tim Informatika di kantor isti’lam Buust.
“ Langkah yang akan kami lakukan untuk
menyambut seluruh Camaba mungkin dengan memperkuat tim KPP-MABA, dan menambah
jumlah anggotanya karena jumlah Camaba yang juga berkali lipat. In syaa Allah
akan kita pantau betul KPP-MABA kali ini, karena tahun kemarin, saat jumlah
Camaba masih 800, KPP-MABA yang jumlahnya 15 orang itu perlu membuat 3
gelombang. Tahun ini mungkin akan lebih dikuatkan,” tambah Pak Usman. Pak Usman
Syihab juga menghimbau kepada seluruh organisasi yang sifatnya membantu
kesejahteraan hidup mahasiswa, seperti PPMI, WIHDAH, dan Kekeluargaan untuk
tetap bersemangat membantu adik-adiknya di Mesir agar dapat menimba ilmu dengan
tenang.
“Jika jumlah Camaba banyak, ini berarti
banyak pula kesempatan warga kampung
kita yang dapat menimba ilmu di Mesir, maka seharusnya kita bersama-sama
membantu bagaimana agar saudara-saudara kita juga mendapatkan kenyamanan yang
sama dalam menuntut ilmu,”
Sikap optimis ini diamini oleh beberapa
Masisir, “Berapapun nanti jumlah Camaba KSW yang berangkat ke Mesir, kami harus
siap membantu mereka dalam memfasilitasi kebutuhan, membantu jika ada
keperluan, membimbing mereka menjalani hidup di Mesir, juga menyiapkan
pendidikan mental untuk Camaba, dan lain sebagainya selayaknya kami sebagai
keluarga,” ujar Muhammad Mahfudh, Ketua KSW Tahun 2017/2018. [] Reporter Vivi Noviantika
No comments:
Post a Comment